Minggu, 17 Juli 2011

Kondisi makro ekonomi dilihat dari unsure-unsur pemikiran makro ekonomi

Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga, pasar dan perusahaan.Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pengangguran, pendapatan nasional, kesempatan kerja dan  jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
 Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :
Ø  Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berartiterjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi
Ø  Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employmentatau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh
Ø  Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung memburuk.
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia
·         Kenaikan Harga Minyak
Kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga berbagai komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga minyak.Harga BBM untuk industri yang mengikuti harga pasar terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai barang sudah mulai merangkak naik
  • Kenaikan harga bahan Makanan
Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya produksi dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal ini didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan pokok seperti beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik.


  • Kenaikan Harga Komoditi Primer
Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua sisi yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun komoditi agribisnis seperti Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga komoditi menyebabkan nilai ekspor Indonesia meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepada kenaikan harga barang-barang dipasar dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang kedelai, batubara, dll yang menyebabkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena meningkatnya inflasi.
Pemikiran teori ekonomi makro ini dipengaruhi oleh dua teori besar yaitu teori makro Klasik dan teori makro Keynesian. Sampai dengan tahun 1937 teori makro klasik masih merupakan teori satu-satunya yang dianut oleh para ahli ekonomi pada masa itu. Pada tahun 1937 baru muncul pemikiran baru yang dilontarkan oleh John Meynard Keynesian sebagai jawaban atas krisis ekonomi yang dialami Eropa pada masa itu, dimana ekonomi mengalami depresi, pengangguran terjadi dimana-mana, pabrik bangkrut, dan pendapatan merosot tajam sehingga daya beli menjadi turun. Teori ekonomi yang ditulis pada tahun 1936 dan tahun-tahun sebelumnya disebut oleh Keynes sebagai teori makro klasik.
Meskipun saat ini perkembangan perekonomian global sedang diguncang dengan meningkatnya harga minyak dunia dan kondisi makroekonomi Indonesia tetap stabil. Dengan ketahanan perekonomian Indonesia yang semakin tinggi, proses peningkatan pertumbuhan ekonomi diharapkan masih stabil dan tetap berjalan.
Perkembangan perekonomian Indonesia secara umum masih sesuai dengan perkiraan sebesar 6,3 %  pada triwulan III-2007 yang didorong oleh meningkatnya konsumsi serta ekspor. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2007 secara keseluruhan diperkirakan masih mencatat surplus, meskipun tidak sebesar surplus pada triwulan II-2007. Surplus NPI tersebut terutama terjadi di sisi neraca transaksi berjalan, sementara neraca modal dan finansial mencatat surplus yang lebih rendah.
Dengan kondisi demikian, jumlah cadangan devisa pada akhir Oktober 2007 tercatat sebesar 54,2 miliar dolar AS atau setara dengan 5,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Meski terdapat kemajuan di bidang makroekonomi, kondisi sektor riil yang merupakan tulang punggung kehidupan bangsa justru belum mampu bekerja secara maksimal. Hal tersebut berdampak pada jumlah angka pengangguran yang masih tinggi dan cenderung meningkat, serta peningkatan angka kemiskinan.

0 komentar:

Posting Komentar