Minggu, 17 Juli 2011

MEMBANGUN KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN


           Karyawan merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti PT. Internusa Hasta Buana. Berbicara tentang layanan berkualitas berarti berbicara tentang kualitas pekerjaan yang diberikan oleh karyawan yang memiliki komitmen baik pada pekerjaan maupun perusahaan. Namun di PT. Internusa Hasta Buana beberapa waktu sebelumnya ditemukan bahwa komitmen karyawan cukup rendah. Nina seorang karyawan yang telah bekerja lama di perusahaan tersebut, sebagai seorang staff di bagian HRD dia telah bekerja dengan baik dan mengabdi kepada perusahaan tempat dimana dia bekerja saat ini. Sampai suatu hari Nina mendapat tawaran bekerja di perusahaan lain dengan gaji yang lebih tinggi. Sebenarnya dia betah bekerja di tempatnya saat ini, dengan suasana kerja yang menyenangkan dan rekan kerja yang akrab. Tapi oleh karena kebutuhan hidup yang semakin meningkat maka dia membutuhkan juga gaji yang lebih tinggi. Sehingga ketika tawaran dari perusahaan lain datang maka ini merupakan kesempatan baginya untuk memperoleh gaji yang lebih tinggi. Ketika hal ini disampaikan kepada atasannya maka atasannya tidak dapat menahannya oleh karena Nina sudah menandatangani kontrak dengan perusahaan lain. Saat Nina mengajukan permohonan mengundurkan diri sebenarnya atasannya menyesalkan tindakan tersebut, seandainya dia dapat memperjuangkan kepada manajemen untuk dapat memberi gaji yang lebih tinggi. Tapi sudah terlambat, karena Nina sudah menerima tawaran dari perusahaan lain.
Dengan adanya masalah tersebut dalam perusahaan menyebabkan komitmen yang berkuraang didalam diri karyawan. Mengapa komitmen karyawan kepada perusahaan berkurang? Salah satu alasan mengapa hal ini dapat terjadi dapat dikarenakan kurangnya coaching atau pembinaan dari atasan kepada bawahannya.
 Coaching dapat diartikan secara teoritis sebagai proses pengarahan dari seorang atasan kepada bawahan untuk membantu dalam menghadapi hal-hal yang terjadi di tempat kerja dan membantu dalam menghadapi hambatan yang terjadi di tempat kerja. Semua ini untuk membantu karyawan dalam menghadapi pekerjaan untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik. Fungsi dari coaching dapat dilakukan oleh setiap manager atau atasan kepada bawahannya, tentunya banyak hal yang dapat diminimalisir melalui coaching. Oleh karena itu pada waktu sekarang ini perlu sekali untuk setiap atasan dapat melakukan coaching kepada bawahan / timnya karena dengan ini kita dapat mengetahui sesungguhnya apa yang menjadi kebutuhan dari karyawannya. Kadang berjalannya waktu dan banyaknya tuntutan serta tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan seperti halnya banyak laporan yang harus diberikan dengan adanya cut off date, dan semuanya ini membuat kita jarang berkomunikasi dengan karyawan padahal dibalik semua rutinitas yang terjadi ada waktu kita memerlukan waktu untuk berkomunikasi dimana kita dapat menyalurkan semua beban/uneg-uneg yang dirasakan, karena kita harus ingat manusia diciptakan sebagai makluk social yang tidak bisa lepas dengan keberadaan sesamanya, setidaknya dengan adanya coaching tersebut dapat meringankan beban dari karyawan..
Ø  Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen

Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers (dalam Sopiah, 2008) menyatakan tiga faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara lain :
  • Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan
  • Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja; dan
  • Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang organisasi
Ø  Steers dan Porter mengemukakan tentang 4 atribut personal dalam komitmen perusahaan:
a.       Usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin lanjut usia seseorang maka akan   semakin memiliki komitmen terhadap organisasinya. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kehidupan individu itu sendiri, dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak pula pengalaman yang diterimanya, termasuk kegagalan-kegagalan dan keberhasilan-keberhasilan, juga berbagai macam tantangan dapat lebih bijaksana dan hati-hati dalam mengambil suatu keputusan termasuk pilihan terhadap pekerjaannya, bahwa perusahaan tempatnya bekerja saat ini adalah sesuatu yang terbaik bagi dirinya.
b.      Masa kerja. Semakin lama masa kerja seseorang akan semakin tinggi komitmen organisasinya. Karyawan yang sudah lama bekerja, sudah terbiasa dengan kondisi dan iklim organisasinya, ia akan merasa menjadi bagian dari organisasi tersebut setelah melalui bertahun-tahun bekerja di perusahaannya. Apabila mengalami hambatan atau tekanan-tekanan, maka karyawan dengan masa kerja yang lebih lama akan lebih kuat bertahan dibandingkan karyawan baru yang belum banyak terlibat dalam organisasinya.
c.       Motif berprestasi. Semakin tinggi motif berprestasi seseorang akan semakin terikat terhadap organisasi. Bahwa salah satu faktor yang menentukan komitmen seseorang adalah adanya harapan yang besar pada pekerjaannya.
d.      Tingkat pendidikan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat menguasai bidangnya. Pekerjaan yang mudah dan sederhana dapat terselesaikan secara otomotis tanpa berpikir lagi yang berarti untuk berhasil menyelesaikan tanpa membutuhkan perencanaan, analisis maupun penguasaan teori sehingga karyawan yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak menuntut pada diri sendiri maupun pada pihak perusahaan.
Ø  Hubungan kepuasan kerja dengan komitmen oranisasional
Apabila seseorang merasa telah terpenuhinya semua kebutuhan dan keinginannya oleh organisasi maka secara otomatis dengan penuh kesadaran mereka akan meningkatkan tingkat komitmen yang ada dalam dirinya, bahwa variabel yang positif terhadap kepuasan kerja yaitu tipe pekerjaan itu sendiri, gaji/bayaran, kesempatan dapat promosi, atasan mereka dan rekan kerja dapat terpenuhi maka komitmen terhadap organisasi akan timbul dengan baik, sehingga kepuasan akan berdampak terhadap komitmen organisasi.

Ø  Jenis Komitmen Karyawan

a)      Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi. Karyawan dengan afektif tinggi  masih bergabung organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.
b)      Komponen normatife merupakan perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Menimbulkan perasaan kewajiban kepada karyawan untuk memberikan balasan atas apa yang pernah diterimanya dari organisasi.
c)      Komponen continuance berarti komponen yang berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Karyawan dengan dasar organisasi tersebut disebabkan karena karyawan tersebut membutuhkan organisasi.

0 komentar:

Posting Komentar